Subscribe:

Ads 468x60px

Jumat, 18 November 2011

Teknologi :D

Alam Menginspirasi Teknologi Ramah Lingkungan
(Artikel ini adalah artikel yang saya tulis saat mengikuti masa kaderisasi Himpunan Mahasiswa Elektroteknik, HME ITB)
Teknologi? Siapa yang tidak memerlukan teknologi. Di zaman seperti sekarang ini, teknologi merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting untuk kehidupan kita. Namun pernahkah kita berpikir bahwa sebenarnya teknologi itu bisa mengganggu ekologi dan lingkungan kita? Sebelum kesadaran ekologi muncul, orang hanya berpikir ekonomi. Teknologi yang diterapkan adalah yang termurah dari sudut ekonomi, menggunakan sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang murah walaupun dari sudut ekologi bisa saja dinilai mahal. Hal ini karena sistem ekonomi masih jarang menilai lingkungan dengan harga yang wajar. Misalnya, berapa nilai oksigen yang kita hirup atau nilai lingkungan udara yang kita cemari dengan gas buang? Sebuah mesin yang lebih banyak menyedot oksigen untuk hasil kerja yang sama, secara ekologis adalah lebih mahal, walaupun secara ekonomis mungkin lebih murah. Hal ini karena oksigen itu menjadi berkurang untuk digunakan oleh mahluk hidup yang lain termasuk manusia.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan agar kita masih bisa menghirup oksigen dengan tenang, namun kita tetap bisa menikmati indahnya perkembangan teknologi? Dan solusinya adalah ada pada teknologi ramah lingkungan atau dengan bahasa kerennya sering disebut green technology. Teknologi ramah lingkungan (green technology) dapat diringkas sebagai adalah segala jenis aplikasi teknologi yang dapat memberikan kepuasan penggunanya dengan sumber daya lingkungan yang lebih rendah. Secara umum, teknologi ramah lingkungan adalah teknologi yang hemat sumber daya lingkungan (meliputi bahan baku material, energi dan ruang), sedikit mengeluarkan limbah (baik padat, cair, gas, kebisingan maupun radiasi) dan rendah risiko menimbulkan bencanapun sanagt kecil. Teknologi ramah lingkungan terlihat begitu sulit diterapkan, tetapi sadarkah kita bahwa sebenarnya alam banyak sekali menginspirasi teknologi ramah lingkungan.
Fenomena alam yang biasa saja kerap kali jadi inspirasi bagi peneliti untuk menciptakan teknologi ramah lingkungan. Biopulping adalah salah satunya. Ini adalah meniru proses mikroorganisma pada proses pelapukan untuk digunakan dalam tingkat industry. Alam sering memberi ide cemerlang bagi hidup manusia. Sebut saja proses pelapukan kayu, ranting, daun atau lainnya. Saat bahan-bahan itu melebur, terjadi pembusukan yang membuatnya hancur bersama alam. Tak ada sampah atau limbah. Bila ditelaah lebih detail, proses tersebut dimotori oleh mikroorganisma. Mikroorganisma yang terdiri atas sejumlah mikroba membantu proses pelapukan sehingga sampah alam itu terurai, kembali menjadi tanah berupa humus. Hasil kerja mikroorganisma yang sempurna tak menghasilkan polusi tersebut memberi inspirasi pada para ilmuwan kita untuk memanfaatkannya dalam sektor industri.
Industri kertas dan pulp terkenal dengan limbahnya yang sulit diatasi. Limbah ini berasal dari bahan kimia seperti soda api, sulfit dan garam sulfida dalam proses penghilangan kandungan lignin. Bahan kimia inilah yang dianggap sebagai sumber pencemaran lingkungan. Proses penggunaan sulfur mencemari udara dan sudah dilarang di sejumlah negara maju seperti Jerman. Pengolahan pulp yang ideal adalah biopulping, yakni mengolah pulp dengan menggunakan bantuan mikroba. Manfaat biopulping yang menonjol adalah penghematan energi dan pengurangan pemakaian bahan kimia. Proses pembuatan bubur kayu alias pulp dan kertas biasa dilakukan dengan memasak serpihan kayu, jerami atau ampas tebu. Semuanya menggunakan bahan kimia. Tujuan proses ini untuk memisahkan komponen lignin.
Namun berbeda halnya dalam biopulping, bahan-bahan kimia tadi digantikan oleh sejenis mikroba yang bisa mengeluarkan enzim dan mendegradasi lignin. Mikroba ini adalah golongan jamur atau fungi ,pelapuk kayu yang banyak dijumpai di alam bebas. Bahan pemutih kertas yang selama ini menggunakan bahan kimia seperti chlorite dan hydrogen peroksida dapat digantikan dengan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh fungi pelapuk. Beberapa enzim yang sangat dikenal untuk menguraikan lignin adalah manganese peroksidase, laccase dan lignin peroksidase. Namun, segala sesuatu pasti ada plus minusnya seperti biopulping ini mempunyai sedikit kekurangan dibanding proses konvensional, yakni dibutuhkan waktu lebih banyak dalam operasionilnya. Namun sebenarnya masalah waktu ini bisa diatur dengan pengaturan waktu yang baik.
Selain biopulping, kita juga bisa menerapkan teknologi ramah lingkungan yang begitu sederhana yang bisa kita mulai dari diri kita sendiri, misalnya saja dengan memulai menjadi vegetarian. Karena dari bahan nabati yang sama, bila dikonsumsi langsung, manusia mendapatkan tujuh kali lipat nutrisi daripada jika bahan nabati itu digunakan untuk pakan ternak yang lalu dikonsumsi dagingnya. Selain itu bisa juga diterapkan pada dapur ramah lingkungan berupa oven microwave, mengubah pola kemasan pangan ke wadah pakai ulang karena bagaimanapun sampah pangan merupakan salah satu masalah terbesar di Indonesia yang sangat sulit kita atasi. Dari sisi energy, energy matahari adalah energy yang paling ramah lingkungan. Kita bisa menerapkan teknologi ini secara sederhana dimulai dari diri kita sendiri misalnya dengan menjemur pakaian dibawah terik matahari bukan menggunakan mesin pengering, begitu pula jika ingin memanaskan air untuk mandi, ini bisa dilakukan dengan energy matahari yaitu dengan menjemur air dibawah sinar matahari. Hal nyata lainnya yang bisa kita lakukan adalah membiasakan diri untuk memanfaatkan penggunaan sepeda sehingga tidak terjadi polusi lingkungan yang berlebihan.  Selain itu, mobil ataupun kereta listrik sebenarnya jauh lebih ramah lingkungan daripada kendaraan biasa. Semoga ini bisa lebih cepat diterapkan di Indonesia.
Dari dunia teknologi dan informasi, komunikasi elektronik adalah sangat ramah lingkungan jika diterapkan dengan tepat. Telekomunikasi akan mengurangi kebutuhan transportasi, berarti hemat energi. Informasi juga dapat disebarkan tanpa kertas (paperless) sehingga mengurangi jumlah pohon yang harus ditebang. Teknologi kertas daur ulang juga termasuk bagian upaya ramah lingkungan di sektor informasi. Dalam hal ini, tinggal menunggu kesadaran para penerbit. Jika di Indonesia, para penerbit justru berlomba menggunakan kertas yang putih agar terkesan lux, di luar negeri getol dikembangkan kertas daur ulang. Konon untuk mencetak novel Harry Potter 7, sampai dikembangkan 32 jenis baru kertas daur ulang. Penerbit di Kanada menggunakan kertas daur ulang 100%, sementara di Amerika baru 30%. Upaya ini sudah membuat edisi bahasa Inggris novel ini menghemat penebangan hampir 200 ribu pohon dan 8 juta kg gas rumah kaca.
Sebenarnya tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Sebagai Negara berkembang mungkin Indonesia masih tergolong susah dalam menerapkan green technology namun sebenarnya asal ada niat dan usaha semuanya pasti bisa dilakukan. Kita sebagai masyarakatpun sebenarnya sudah bisa menerapkan itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Siapa lagi yang harus kita tunggu? Ayo mulai dari diri sendiri dan hijaukanlah Indonesiamu!
Ni Wayan Dessy Eka Rahayu
18110012
Teknik Telekomunikasi

0 komentar: